MAKALAH
HAKIKAT MANUSIA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur
dalam Mata Kuliah
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Oleh:
BENI RIDOLA
NIM. 2313.076
Dosen Pembimbing :
YANTI SRI WAHYUNI
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT., berkat rahmat dan hidayah-Nya, apa yang penulis kerjakan dapat
terselesaikan dengan lancar, khususnya dalam pembuatan makalah ini sebagai
salah satu tugas mata kuliah umum Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, dengan
mengambil judul “Hakikat Manusia”.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah
ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
Dalam kesempatan kali ini perkenankanlah penulis dengan segala hormat
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Orang tua saya yang selalu memberikan dorongan motivasi selama pembuatan
makalah ini
2.
Yanti Sri Wahyuni, selaku
pembimbing yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini
3.
rekan-rekan
yang juga telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini
4. semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu
persatu.
Tentunya sebagai manusia, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam mengupas
permasalahan di dalam makalah ini masih banyak kekurangan tentunya
kesalahan-kesalahan, baik dalam hal sistematika maupun teknik penulisanya.
Kiranya tiada lain karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis
dalam masalah yang diketengahkan belumlah luas dan mendalam. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun tentunya sangat penulis harapkan,
sebagai masukan yang berharga demi kemajuan penulis di masa mendatang.
Dan penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
bagi pembaca pada umumnya, di dalam peran kita terhadap pembangunan agama, nusa,
bangsa, dan negara tercinta.
Amin.
Bukittinggi,
Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
BAB I
Latar Belakang Masalah 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penulisan 1
BAB I
Hakikat Manusia Sebagai Makhluk
Indvidu 2
Hakikat Manusia Sebagai makhluk
Sosial 5
Interaksi Sosial dan Sosialisasi 6
Keluarga 8
Masyarakat 8
Peranan Manusia Sebagai Makhluk
Sosial dan Makhluk Individu 9
Dilema Antara Kepentingan Invidu
dan Kepentingan Sosial 10
Problematika Kepentingan Sebagai
Makhluk ndividu dan Makhluk Sosial 12
BAB III
Kesimpulan 13
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Secara fisiologis hakikat manusia
sebagai makhluk individu dan sosial itu bersifat bebas, tidak mempunyai
hubungan yang ketat antara sesama. Kata manusia berasal dari kata manu
(Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin)
yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu
individu, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu
kesatuan yang terkecil dan terbatas. Secara kodrati, manusia merupakan mahluk
monodualis. Artinya selain sebagai mahluk individu, manusia juga berperan
sebagai mahluk sosial. Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan
perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya.
Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan
kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan
mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan
dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan
Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain. Dalam
pembahasan tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial kita
bisa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada saat kita kesusahan
pasti kita membutuhkan bantuan dari orang lain dan ketika kita mempunyai
persoalan yang bersifat pribadi pasti kita akan menjadi manusia yang individu
agar orang lain tidak dapat mengetahui persoalan pribadi yang kita punya.
B. Rumusan Masalah
Dalam
bermasyarakat, banyak kita menjumpai perbedaan sifat antara individu satu
dengan individu lainnya. Adanya lembaga – lembaga sosial masyaraat yang sengaja
di bangun untuk menciptakan kehidupan sosial masyarakat yang terhindar dari
perilaku – perilaku individu yang menyimpang
, untuk tercapainya kesejahteraan hidup orang banyak .
Maka dalam
makalah ini , penulis akan membahas beberapa poin dari hakekat manusia sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial . yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana fungsi dan hakekat manusia sebagai makhluk
individu .
2. Bagaimana hakekat dan peranan manusia sebagai makhluk sosial .
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dal penyusunan makalah ini, yakni sebagai berikut :
1. Melatih kemampuan untuk mengetahui makhluk social dan
makhluk sosial.
2. Memperluas wawasan mengenai manusia sebagai makhluk
individu dan sosial.
3. Mampu mengetahui apa yang dimaksud manusia sebagai
makhluk individu dan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat
Manusia sebagai makhluk individu
Individu
berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in
salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided
artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam
bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu
manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah
tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri
individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya,
atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap
manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki
keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip
dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang
individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk
pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi
alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang
individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan
anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik
yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan
faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut
Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik
dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika
mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari
seseorang.
Individu
dalam konsep sosiologi berarti manusia perorangan sebagai lawan dari
manusia berkelompok. Yang dimaksud manusia perorangan bukanlah perorangan dalam
jasmaniah tetapi dalam kerohanianya .
Kehadiran
individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang
berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu-individu lainnya yang
telah mempunyai pola perilaku sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan setempat
merupakan bagiannya. Individu akan berusaha menurut koentjaraningrat
unsur-unsur kepriadian meliputi pengetahuan, persaan, dan dorongan naluri.
Unsur
dorongan naluri tidak kalah pentingnya untuk di pahami. Dorogan naluri adalah
sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia atau dengan kata lain merupakan
sumber bahwa dari lahir dengan tanpa memperoleh pengetahuan apapun sebelumnya.
Ada beberapa macam dorongan yang perlu
diketahui yaitu :
1. Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2. Dorongan sex.
3. Dorongan untuk mencari makan.
4. Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
6. Dorongan untuk berbakti.
7. Dorongan akan keindahan.
Proses dari
indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya,
tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
·
Proses
Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses
untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai
lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu
harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk
berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yang sama atau
berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam
hubungan dengan lingkungan, kita nanti akan melihat apakah individu tersebut
menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif
mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu
menyesuaikan diri secara padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan
membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu yang destruktif kita jumpai
kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari
kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau
mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya,
dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata-
mata rasional kearah masa depan.
·
Kompromistis
dan Anti-Establishment
Sikap
kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti-
establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu
berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha
individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search
for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran
mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan
dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan dalam
masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan
pada beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi
di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata
pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi/keyakinan.
1.
Perkembangan
Individu
Perkembangan
manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan dan perkembangan
lahir dan batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia merupakan
keseluruhan jiwa raga yang mempunyai ciri khas tersendiri. Perkembangan
individu menjadi seorang pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya
sendiri melainkan juga didukung dan dihambat oleh kelompok disekitarnya.
Menurut
Mursid Sumaatmadja, kelengkapan dn keserasian anggota tubuh, ketajaman panca
indra, susunan jaringan syaraf dan proses kerja hayat lainya. Besar pengaruhnya
terhadap perkembangan potensi potensi seorang individu .
Pada masa
dewasanya manusia lebih banyak menghadapi masalah hidup yang tidak dapat
dihadapi dengan insting atau kebiasaan kebiasaan saja. Manusia pun mempunyai
insting tetapi manusia tidak semata mata dikuasai oleh insting. Manusia
mempuyai kemampuan-kemampuan yang dapat berkembang kesegalah arah untuk
menyesuiakan diri dangan keadaan yang silih berganti. Manusia mempunyai bebagai
pembawaan, kesadaran, perasaan, cita-cita, pikiran dan sebagainya yang
kesemuanya berpengaruh terhadap hidupnya.
·
Teori Perkembangan
a)
Teori
Navitisme (pembawaan)
Menurut
Schopen Heur (Jerman) bahwa perkembangan itu semata-mata ditentukan oleh
sesuatu yang telah ada di dalam diri individu yang dibawa sejak lahir.
b)
Teori
Empirisme (pengalaman)
Menurut J.
Locke (Inggris) bahwa perkembangan anak semata mata ditentukan oleh
pengaruh-pengaruh dari luar. Berdasarkan pendapat tersebut berarti :
Ø Pembawaan kodrat (dasar, bakat, sifat sifat keturunan)
dimiliki sejak lahir tidak diakui.
Ø
Peranan dari
pembawaan, dasar, bakat tidak di akui.
c)
Teori
konvergensi (kerjasama peraduan)
Menurut
W.stern (Jerman) bahwa perkembangan anak itu ditentukan oleh proses kerjasama
atau perpaduan antara faktor faktor dalam dan fakor faktor luar.
d)
Teori
Biogenetis (Teori ulangan)
Perkembangan
suatu makhuk adalah ulangan dari pada perkembangan seluruh jenisnya.
·
Konsep Konsep
perkembangan
1. Konsepsi Asosiasi
Konsepsi
asosiasi ini berpendapat bahwa hakikatnya perkembangan manusia / individu
merupakan proses asosiasi dimana bagian-bagian lebih penting dari pada
keseluruhan.
2. Konsepsi Gestald
Konsepsi
gestald ini berlawanan dengan konsepsi asosiasi, global dahulu baru
bagian-bagian. Konsepsi gestald ini mengatakan bahwa perkembangan itu adalah
merupakan proses diferensiasi yaitu proses untuk memisah misahkan dan
membedakan.
3. Konsepsi Neo-gestald
Konsepsi ini
menerangkan bahwa sturktur pribadi digambarkan terdiri dari lapisan dan makin
besar anak, lapisan ini akan semakin bertambah.
4. Konsepsi Sosiologis
Konsep ini
menerangkan bahwa proses perkembangan seorang individu berasal dari proses
sosialisasi.
5. Konsepsi Freudianisme
Konsep ini
menerangkan bahwa dorongan manusia pada mulanya berawal dari insting manusia
itu sendidri yang belum mengenal batas dan menuntut terpenuhinya. Keinginan
tersebut baik yang di benarkan oleh norma masyarakat atau tidak. Maka Freud
berpendapat bahwa pada dasarnya anak-anak itu asosial. Maka anak itu dalam
proses hidupnya individu. Mengalami perubahan dari anak anak, remaja, dan
dewasa dengan adanya proses tersebut, masyarakat membuat suatu aturan yang bisa
mengatur hidup dalam bermasyarakat.
B.
Hakikat Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat. Selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia
tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaannya.[1]
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai
makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari
orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial
adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk
sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang
lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi
manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1.
Tekanan
emosional.
Ini sangat
mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2.
Harga diri yang rendah.
Ketika
kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain, kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan
membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi
seperti semula.
3.
Isolasi
sosial.
Orang yang
terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran
agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
C.
Interaksi
Sosial dan Sosialisasi
1.
Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action.
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara
individu, kelompok sosial, dan masyarakat.Interaksi adalah proses di mana
orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan
tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah
lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua
orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur,
berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.[2]
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut :
·
Imitasi
adalah suatu proses peniruan atau meniru.
·
Sugesti
adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain
tanpa dikritik terlebih dahulu. Yang
dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya
diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya,
dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang
yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya,
lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
·
Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun
batiniah.
·
Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
1) Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk
intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap
sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi
sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi
itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta
memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and
Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada
dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat
adanya interaksi sosial, yaitu:
·
Proses
Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan
akulturasi.
·
Proses
Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun
interaksi yang pokok proses-proses adalah:
Bentuk Interaksi
Asosiatif :
F
Kerja sama
(cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
F Akomodasi (accomodation)
F Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara
persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian
terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan
kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak
sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
F
Pertentangan
(conflict).
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar
individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan
jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan
memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan
rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan politik.
2)
Sosialisasi.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu
proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi
dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah
mengetahui peranan yang harus tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus
dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga
sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang
dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized
others. Ia telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena
telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa
ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang
berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui
interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk
melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai
pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai
persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. Pada tahap
ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai
penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut
Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama
: keluarga, kelompok bermain, media
massa, dan sistem pendidikan.
D.
Keluarga
Keluarga
adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok
kecil dalam masyarakat .Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari
perhimpunan laki-laki dan perempuan yang berlangsung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak anaknya. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan suatu
kesatuan sosial yang terdiri dari suami istri dan anak anak yang belum dewasa.
Fungsi
Keluarga
a. Fungsi Hubungan Seksual
Mengenai fungsi
seksual dalam keluarga dapat di kemukakan bahwa, privilage seksual yang
diberikan kepada dua orang suami istri. Itu memperkokoh hubungan mereka didalam
keluarga keluarga inti tersebut di dalam melaksanakan fungsi seksual dalam
keluarga, tiap-tiap masyarakat menyusun tata tertib berdasarkan atas nilai
nilai sosial budaya dan faktor kebutuhan biologis.
b. Fungsi Ekonomi
Untuk
kegiatan hidupnya keluarga harus mengusahakan penghidupannya. Di dalam
masyarakat yang sederhana, pembagian kerja dalam kerjasama ekonomi dilakukan
antara anggota keluarga. Tugas anggota keluarga dan kerjasama ekonomi itu pada
umumnya saling melengkapi. dan pembagian tugas serta pekerjaan yang di lakukan
oleh anggota-anggota keluarga seperti suami istri. Khususnya oleh para wanita
pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh faktor kebudayaan dari pada kondisi
fisik maupun psikologi.
c. Fungsi Reproduksi
Dorongan
dasar dari manusia untuk melangsungkan kehidupan jenisnya menimbulkan basic
needs untuk menimbulkan daya tarik seks, percintaan, pengorbanan menimbulkan
seksual yang kemudian dapat menghasilkan keturunan.
d. Fungsi Edukasi
Dari
lingkungan keluarga tersebut anak belajar berbahasa, mengumpulkan pengertian
pengertian dan menggunakan nilai nilai kebudayaan yang berlaku. Dia akan
dibebankan dalam keluarga pada masa kanak-kanak di sesuaikan dengan daya
tangkap dan sifat-sifat emosionalnya.
E.
Masyarakat
Menurut WJs.
Poerwodarmato masyarakat adalah pergaulan hidup manusia dalam suatu tempat
dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu. Sedangkan menurut Linton, masyarakat
itu timbul dari setiap kumpulan individu-individu yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama. Dalam waktu yang lama itu kelompok manusia yang belum
terorganisasi mengalami proses fundamental yaitu adaptasi dan organisasi
dari tingkah laku dari anggota-anggota.
Dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama bertempat
tinggal disuatau daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur tata hidup
mereka untuk menuju kepeda tujuan yang sama.
Unsur Unsur Terbentuknya
Masyarakat :
a. Harus ada kelompok (perkumpulan) manusia dan harus
bayak jumlahnya dan bukan mengumpulkan binatang.
b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat
tinggal dalam daerah tertentu.
c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama.
Faktor
Faktor Yang Mendorong Manusia Hidup Bersama :
1) Adanya dorongan seksual yaitu dorongan manusia untuk
mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2) Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah seibu tidak
bisa atau sebegai makhluk lemah. Karena itu mendesak atau mencari kekuatan
bersama yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain sehingga mereka
berlindung bersama-sama dan mengejar kebutuhan hidup
sehari-hari.
3) Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial,
kesamaan nasib, kesamaan keyakinan/cita cita serta kesamaan kebudayaan.
Jika
pembagian kerja bertambah kompleks suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling
ketergantungan antar kelompok masyarakat.
1) Kelompok primer
Adalah
kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal antar anggota-anggotanya serta
kerja sama erat dan bersifat pribadi, sebagai salah satu hasil hubungan yang
erat dan bersifat pribadi adalah peleburan indiviu-individu dalam suatu
kelompok sehingga tujuan individu adalah tujuan kelompok.
2) Kelompok Sekunder
Adalah
kelompok yang tidak saling mengenal dalam hubungan secara langsung.
F.
Peranan Manusia Sebagai Mahluk Sosial Dan Mahluk
Individu
Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini
keberadaan manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti
manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan
demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait
dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan
sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses
sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas
manusia seperti perubahan sosial.
Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk
individu dan sosial yang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup
dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak,
kewajiban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya
bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta
berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama.
Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak
dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya, masing-masing
individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak
faktor yang menyebabkan itu bisa terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si
miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak RT, dll), politik (aktivis
partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak) bahkan
individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi
sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Berbagai kelompok sosial tumbuh seiring dengan
kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi. Dalam berbagai kelompok sosial
ini, manusia membutuhkan norma-norma pengaturannya. Terdapat norrma-norma
sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi manusia di kelompoknya.
Norma-norma tersebut ialah:
·
Norma agama
atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan bagi
umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi
umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
·
Norma
kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia
untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral bertujuan
agar manusia berbuat baik secara moral. Orang berkelakuan baik adalah orang
yang bermoral, sedangkan orang yang berkelakuan buruk adalah orang tidak
bermoral atau amoral.
·
Norma
kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku
terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini di maksudkan
untuk menciptakan keharmonisan hubungan antar sesama.
·
Norma hukum,
yaitu norma yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang pemberlakuannya
dapat dipaksakan. Norma hukum yang bersifat tertulis.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya dimasyarakat.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan berlakunya dimasyarakat.
Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan
ada pula norma yang daya ikatnya sangat lemah. Keempat jenis tersebut adalah
cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat
(costum).
a. Cara (usage)
Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya
sangat lemah. Norma ini lebih menonjol dalam hubungn antarindividu atau
perorangan. Pelanggaran terhadap norma ini tidak mengakibatkan hukuman yang
berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan, ada yang makan sambil
berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara makan sambil duduk dianggap lebih
pantas dibandingkan cara makan sambil bediri.
b. Kebiasaan
(falkways)
Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang di
ulang-ulang dalam bentuk yang sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma ini
lebih kuat daya ikatnya dari pada norma cara. Contohnya, kebiasaan salam bila
bertemu.
c.
Tata kelakuan (mores)
Tata
kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap sebagai norma pengatur. Sifat norma
ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu
larangan. Dengan demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat
menyusuaikan diri dengan kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang
tidak sesuai dengan tata kelakuan.
d.
Adat istiadat (custom) Adat istiadat
adalah
kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola perilaku sebuah masyarakat.
G.
Dilema
Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Sosial
Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua
kepentingan, yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga,
kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan
rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat
dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia,
akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika
kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika
kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema
manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan
masyarakat.
1. Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia
pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia
sebagai makhluk pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain.
Pandangan individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus
diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah kebebasan seorang
individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan
ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme
liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat
(bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy
Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke, Rousseau, dan Montesquieu.
Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.
Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya
berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial,
1. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu
yang bersangkutan.
2.
Pemberian
kebebasan penuh pada individu.
3. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya
masing-masing.
Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa
menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham
liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan
hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak
diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya
penyelenggaraan hidup bersama.
2.
Pandangan
Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari
Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa
kepentingan masyarakatlah yang diutamakan. Kedudukan individu hanyalah objek
dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak individu sebagai hak dasar
hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu komunitas
atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya
masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan
individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme muncul dengan maksud
kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh system liberalisme,
mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut,
sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka
kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme)
cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan
penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme
dipelopori oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling
bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of
Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat
manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi
yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto
Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat
manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai
makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan
negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya
masing-masing. Individualisme liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai
bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme
mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan
ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak
menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan.
Dalam negara komunis mungkin terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia
belum tentu terjamin.
H.
Problematika
Hakikat Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
a.
Sebagai makhluk individu
-
banyak menyimpan rahasia sendiri yang tanpa berbagi ke orang lain. Dia
hanya memendam rahasianya sendiri, mungkin dikarenakan dia malu untuk
mengungkapkan kepada temanya, dosennya atau yang lainya.
-
Terkadang ada pula mahasisiwa yang hanya mau sendiri dan tak mau ditemani
oleh orang lain. Dia lebih memilih sendiri dari pada dia mempunyai teman.
b.
Sebagai makhluk sosial
-
Kurangnya pergaulan antara dosen dengan mahasiswa, apabila jam perkuliahan
telah selesai, maka sampai disitu pulalah pergaulan antara dosen dengan
mahasiswa. Apabila dosen dan siswa sudah berada di luar ruangna maka mereka
hanya akan mengurus masalah mereka senri- sendiri atau dengan kata lain mereka
hanya saling mengenal sebagai seorang dosen mahasiswa.
-
Kurangnya interaksi antara senior dan junior di kampus. Di kampus STAIN,
senior hanya berteman dengan sesama senior dan junior juga berteman dengan
sesamanya. Tidak ada saling interaksi antara senior dengan juniornya, kecuali
apabila sudah memiliki hubungan, contohnya hubungan saudara, sudah kenal, dll.
-
Kurangnya interaksi antara teman sesama lokan, contohnya teman sesame
kelas, sesame local yang bersebelahan dll. Mereka hanya mau berinteraksi dengan
orang yang telah mereka kenal, seperti mereka sudah saling kenal dari SMA, SMP,
bahkan ada yang dari kecil.
Hubungan
interaksi di kampus haruslah ditingkatkan, agar kita dapat saling mengenal satu
sama lainya. Kita harus selalu menjaga hubungan yang baik anatar sesama
mahasiswa kampus, baik sesame senior, sesame junior dan yang terutama yaitu
antara junior dengan senior.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia
adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat dipisahkan antara jiwa
dan raganya oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu keterpaduan
antara perkembangan jasmani maupun rohani. Namun keluarga adalah sebagai suatu
tempat untuk memenuhi hasrat dan keinginannya baik secara biologis maupun
psikis. Sedangkan masyarakat adalah suatu wadah bagi individu dan individu
lainnya membentuk suatu sosialisasi atau hubungan yang lebih luas.
B.
Saran
Selain
menarik kesimpulan di atas, kami juga memberikan saran yaitu, sebagai mahluk
indvidu yang berpendidikan dan sadar akan ketergantungan kita terhadap individu lain , Sebaiknya kita harus
mengetahui peran ataupun fungsi kita sebagai makhluk individu maupun sosial.
Agar tidak
terjadi kesalah pahaman ataupun pertikaian dalam proses sosialisasi , yang
dapat mengganggu ketentraman hidup individu – individu lainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tumanggor,
Rusmin, dkk. 2012. Ilmu Sosial &
Budaya Dasar. Jakarta : Kencana
Aziz,
Anircun. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta
: Bumi Aksara
Noor, H.M.
Arifin. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung
: Pustaka Setia
Gazalba,
Sidi. 1967. Kebudayaan Sebagai Ilmu.
Jakarta : Pustaka Antara
Hartomo dan.
1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta :
Bumi Aksara